Minggu, 13 Maret 2011

lomba sapi

Lestarikan Budaya, Kontes Sapi Sonok Diperbanyak
Minggu, 13 Maret 2011 | 11:07 WIB
SP/Masdawi Dahlan BEBERAPA pasangan sapi berhias menunggu giliran tampil dalam kontes sapi sonok.
SUMENEP - Pemkab Sumenep berencana memperbanyak pelaksanaan kontes atau lomba sapi sonok (hias) sebagai upaya melestarikan budaya lokal tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Sumenep, M. Nasir, Sabtu (12/3), menjelaskan, selama ini pemerintah daerah hanya menggelar kontes sapi sonok sebanyak dua kali dalam setahun, yakni tingkat kecamatan dan kabupaten yang digelar pada bulan Oktober.
“Ada keterbatasan dana yang dialokasikan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Oleh karena itu, kami akan menggandeng pihak ketiga untuk bekerjasama guna memperbanyak pelaksanaan kontes sapi sonok,” kata Nasir.
elain itu, menurut dia, pihaknya terus berkoordinasi dengan para pengurus maupun anggota paguyuban pemilik sapi sonok supaya punya semangat untuk memelihara sapi hiasnya tersebut. “Koordinasi tersebut sekaligus upaya pembinaan kami kepada para pemilik sapi sonok, supaya tidak bosan memelihara pasangan sapi betina tersebut,” ujarnya, menerangkan.
Nasir juga mengemukakan, hingga sekarang animo warga Sumenep untuk memelihara sapi sonok masih tinggi. “Saat ini terdapat 632 pasang sapi sonok yang dimiliki warga Sumenep. Namun, kami yakin jumlahnya lebih dari 632 pasang sapi, karena jumlah itu hanya yang tercatat secara resmi pada pengurus paguyuban pemilik sapi sonok,” paparnya.
Ketua Paguyuban Pemilik Sapi Sonok Sumenep, Abdur Rahman, menjelaskan, pihaknya biasanya menggelar latihan bersama setiap dua pekan sekali, yakni pada hari Sabtu. “Latihan bersama tersebut dilakukan secara rutin, jika tidak ada kontes sapi sonok. Ini sekaligus ajang silaturrahmi antara kami, sesama pemilik sapi sonok,” tuturnya.
Ia juga mengemukakan, para pengurus dan anggota paguyuban pemilik sapi sonok akan berusaha melestarikan keberadaan sapi sonok sebagai upaya mempertahankan budaya lokal. “Kami memang berharap pemerintah daerah memperbanyak pelaksanaan kontes sapi sonok supaya para pemilik sapi sonok lebih bersemangat memelihara dan merawat sapi sonok. Selain pemerintah daerah, pihak lain kadang kala juga menggelar kontes sapi sonok untuk kepentingan tertentu,” ucap Rahman.
Dalam lomba sapi sono, sepasang sapi diberi aksesoris layaknya peragawati yang melenggang di catwalk. Aksesoris itu di antaranya selempang yang didominasi warna kuning keemasan pada leher hingga dada. Selain itu, di leher sapi tersebut diberi pangonong, hiasan terbuat dari kayu berukir sebagai perangkai pasangan sapi.
Penilaiannya meliputi kemulusan kulit dan bulu pasangan sapi, keserasian dan keselarasan ketika sapi berjalan di arena, serta ketepatan dan kebersamaan sapi saat menginjakkan kaki depannya di sebuah papan/balok kayu yang telah disediakan panitia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar