Minggu, 27 Maret 2011

kisah nabi nuh

Kisah Nabi Nuh AS

Kisah Nabi Nuh AS bisa menjadi contoh atau gambaran untuk kita semua, khususnya umat islam agar patuh dan taat kepada semua perintah-perintah Allah beserta semua larangannya. Nabi adalah Nabi Ketiga sesudah Nabi Adam AS, beliau merupakan keturunan ke sembilan dari Nabi Adam AS.
Ajakan Nabi Nuh Kepada Kaumnya
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dalam masa kekosongan antara dua rasul. Dalam masa kekosongan itu biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajakan agama Allah. Mereka kembali menjadi musyrik, meninggalkan kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh diutus ke tengah-tengah masyarakat yang sedang menyembah berhala. Berhala itu sebenarnya adalah patung-patung buatan mereka sendiri. Menurut mereka berhala itu mempunyai kekuatan gaib di atas manusia. Dan mereka menamakannya sesuai dengan selera mereka sendiri. Kadang-kadang mereka menamakan Wadd dan Suwa kadang Yaguts dan kadang Ya’uq dan Nasr.
Nabi Nuh adalah orang cerdas dan sabar. Ia mengajak kaumnya untuk berpikir. Ia mengajak kaumnya melihat alam semesta ciptaan Allah. Langit dengan bulan, bintang dan mataharinya. Bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan dibawahnya, berupa hewan, tumbuhan, dan air yang mengalir. Pergantian siang dan malam, semua itu menjadi bukti dan tanda kekuasaan dan keesaan Allah.
Nabi Nuh juga memberikan kabar akan adanya ganjaran berupa sorga dan kenikmatannya bagi mereka yang beramal shaleh, dan balasan siksa neraka bagi mereka yang membangkang atas perintah Allah, yaitu mereka yang mungkar dan bergelimang dalam dosa dan kemaksiatan.
Dakwah Nabi Nuh dilakukan dengan giat siang dan malam. Baik secara bersembunyi-bersembunyi maupun terang-terangan. Beliau termasuk orang yang cerdas, fasih berbicara, tajam pemikirannya, pandai berdiskusi, bersifat sabar dan tenang. Nabi Nuh di angkat menjadi Rasul ketika berusia 450 tahun dan wafat pada usia 950 tahun, dengan demikian Nabi Nuh berdakwah kepada umatnya selama lima abad atau 500 tahun. Meskipun demikian pengikut Nabi Nuh yang beriman hanya sedikit yaitu kurang dari seratus orang.
Umat Nabi Nuh banyak yang ingkar. Jika Nabi Nuh mengajak beribadah kepada Allah dan menegakkan Tauhid ummatnya selalu menentang dan mengejeknya. Para pengikut Nabi Nuh kebanyakan hanya para fakir miskin, atau golongan ekonomi lemah. Para bangsawan, orang-orang kaya dan terpandang di masyarakat malah memusuhinya.
Pada suatu ketika orang-orang kafir hendak menipu Nabi Nuh. Merka mengatakan bersedia mengikuti Nabi Nuh asalkan Nabi Nuh mau mengusir para pengikutnya yang terdiri dari orang-orang miskin. Namun Nabi Nuh dengan tegas menolak permintaan orang-orang kaya itu.
Kecerdasan dan kefasihan Nabi Nuh mengalahkan segala hujah orang-orang kafir. Akhirnya orang-orang kafir itu jengkel dan menentang Nabi Nuh.
Mereka berkata: “Hai Nuh! Sesungguhnya kamu telah membantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang, bantahanmu terhadap kami, maka datanglah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”
Nabi Nuh menjawab:” Hanya Allah yang akan mendatangkan adzab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri. Tidaklah bermanfaat nasihatku kepadamu jika Allah ternyata hendak menyesatkanmu. Dia adalah Tuhanmu, Dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
Demikian keterlaluannya kaum Nabi Nuh itu mengingkari ajaran Tuhan. Mereka bahkan mengejek dan menghina Nabi Nuh sebagai orang bodoh dan gila. Namun Nabi Nuh sebagai utusan Allah tetap melaksanakan tugasnya. Dan orang-orang kafir miskin keras menentangnya. Merka bahkan mengancam Nabi Nuh. “Sungguh jika kamu tidak mau berhenti berdakwah,”kata mereka:”Maka kami akan merajammu berramai-ramai.”
Nabi Nuh Berputus Asa dari Kaumnya
Setelah dakwah yang disampaikan menemui jalan buntu. Dan pengikutnya tidak bertambah maka Nabi Nuh mengadukan kaumnya itu kepada Tuhan:
Berdo’a Nabi Nuh:” Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas permukaan bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan, selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.”
Allah mengabulkan do’a Nabi Nuh. Allah memberi petunjuk agar Nabi Nuh membuat kapal yang sangat besar. Dengan perahu itu Nabi Nuh dan kaumnya yang beriman akan selamat. Sedang kaumnya yang ingkar akan ditenggelamkan dengan banjir yang sangat besar, sehingga tak seorang pun dari mereka ada yang selamat. Semua akan binasa.
Selagi Nabi Nuh dan pengikutnya membuat kapal di atas bukit, kaumnya yang ingkar mengolok-olok dan mengejeknya. “Lihat ! Nuh semakin gila saja, masak kemarau panas begini membuat perahu. Di atas bukit lagi. Sungguh dia sudah miring otaknya.”
Di antara mereka bahkan ada yang berani buang kotoran di dalam kapal yang belum selesai dibuat itu. Tentu hal itu mereka lakukan ketika Nabi Nuh dan pengikutnya sedang tidak ada di tempat pembuatan kapal. Namun akibatnya perut mereka yang buang kotoran itu menjadi sakit. Tak seorangpun bisa menyembuhkannya. Dengan merengek-rengek mereka menta Nabi Nuh untuk mengobatinya. Nabi Nuh hanya menyuruh mereka membersihkan kapal yang mereka kotori. Sesudah itu mereka pun sembuh dari sakit perutnya.
Banjir Besar Memusnahkan Orang-orang Kafir
Sesuai dengan wahyu Allah. Nabi Nuh mengajak kaumnya mengajak kaumnya memasuki kapal yang telah selesai dibuat. Nabi Nuh juga membawa berbagai pasang binatang dalam kapalnya itu. Tidak beberapa lama sesudah Nabi Nuh dan pengikutnya yang beriman memasuki kapal, maka langit yang tadinya cerah berubah menjadi hitam. Mendung tampak tebal sekali diiringi angin kencang yang mulai berhembusan. Bersamaan dengan turunnya hujan lebat, air dari dalam bumi memancar pula ke permukaan.
Hujan turun dengan lebatnya. Belum pernah ada hujan turun selebat itu. Bagaikan dicurahkan dari atas langit. Rumah-rumah mulai terendam air , angin kencang dan badai menambah kepanikan semua orang. Dari kejauhan Nabi Nuh melihat salah seorang putranya yaitu Kan’an sedang berlari-lari menuju puncak gunung. Nabi Nuh memanggil-manggil anaknya itu.
“Hai anakku, kemarilah. Naiklah ke kapalku maka kau akan selamat !”
“Tidak ! Aku akan berlari ke atas bukit sana, aku pasti akan selamat !”
“Anakku! Pada hari ini tidak seorang pun dapat menyelamatkan diri dari azab Allah!”
Tapi Kan’an dengan sombongnya terus berlari. Ia tak menghiraukan panggilan ayahnya. Ia mengira banjir itu hanya bencana alam biasa yang segera reda, maka ia terus berlari mendaki puncak gunung. Memang Kan’an tidak mau mengikuti ajaran Nabi Nuh. Ia lebih suka hidup dengan orang-orang kafir, karena itu ia tak mau menumpang kapal Nabi Nuh.
Nabi Nuh merasa trenyuh. Bagaimanapun Kan’an adalah putranya sendiri. Maka ia berdo’a kepada Allah agar Kan’an diselamatkan. Namun Allah menolah permintaan Nabi Nuh. Sebab Kan’an itu walaupun putra Nabi Nuh sendiri, ia anak yang durhaka, tidak mau beriman.
Berdasarkan suatu riwayat kapal yang membawa Nabi Nuh dan para pengikutnya itu berlayar selama 40 hari, sesudah itu banjir mereda dan Nabi Nuh diperintahkan turun dari kapalnya. Dengan demikian binasalah orang-orang kafir yang menentang Nabi Nuh. Hanya para pengikut Nabi Nuh yang hidup dan menempati bumi sebagai penghuninya. Demikian Kisah Nabi Nuh AS dari Blogger Indonesia, semoga berguna dan menjadi pelajar untuk kita semua agar beriman kepada Allah SWT, amin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar